Selasa, 05 Januari 2016

Kakek ku Pendongeng Ku "Cerita Pendek Anak-anak"

Kakek ku Pendongeng ku


1. Identitas Penulis        
Nama       : Faizatur Rokhmah                               
    NPM         : 1413053048       
Tempat, Tanggal Lahir : Totokaton, 6 Juni 1996 
Alamat     : Totokaton, Kec.Punggur 
Motto      : Selalu ada jalan bagi mereka yang berusaha dan selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa    
E-mail      :
faiza.rokhmah@yahoo.com      
Blog         :
http://faizatur96.blogspot.co.id/
2.  Unsur Intrinsik 
Tema       :
Pembohongan      
Penokohan : Dani (aku) berwatak selalu ingin tahu dan baik.
  Nisa berwatak manja dan selalu ingin tahu.
  Ayah berwatak baik, bijaksana dan humoris.
  Mama berwatak baik dan penyayang.
  Nenek berwatak baik.
  Kakek berwatak baik dan humoris.
  Kera berwatak jahat, licik dan rakus.
  Katak berwatak baik.
  Kancil berwatak cerdik dan bijak.
Amanah    : Saling tolong menolonglah dalam hal kebaikan, dan berterimakasihlah dengan orang yang telah menolong kita.
3.  Sinopsis Cerpen

Perjalanan liburan dua kakak beradik ke rumah kakek dan neneknya. Disana mereka memiliki beberapa rencana untuk mengisi liburan mereka, ketika berada dirumah kakek dan nenenknya. Salah satunya mendengarkan dongeng dari kakek, yaitu cerita katak dan kera. 


Kakek ku Pendongeng ku

“Yah, ayo cepetan berangkat,” teriak ku dari dalam mobil.
Sungguh aku sudah tidak sabar, untuk segera berangkat liburan kerumah nenek dan kakek di Bandung. Hari ini aku, adik ku Nisa, ayah dan mama akan berangkat ke Bandung untuk mengisi liburan kenaikan kelas ku dan Nisa. Disana kami berlibur, kurang lebih satu minggu, walaupun sebenarnya liburan kenaikan kelas berlangsung 3 minggu, tapi ayah hanya libur satu minggu dari pekerjaannya sebagai kontraktor. Aku dan Nisa sudah memiliki rencana untuk mengisi liburan ku bersama nenek dan kakek, rencanya ketika aku disana aku akan mengajak nenek dan kakek kesawah untuk belajar menanam sayur sambil bermain dengan kambing, sapi atau hewan ternak lainnya dan tidak lupa mendengar cerita dari kakek. Bagi ku dan Nisa, kakek adalah pendongeng yang terbaik, karena selalu bisa mendongeng cerita-cerita yang seru untuk kami.
Sudah beberapa jam, kami berada dimobil untuk perjalanan liburan ke Bandung. Perjalanan dari Jakarta ke Bandung biasanya menempuh waktu 1 jam 30 menit, jika tidak mengalami kemacetan. 
“Ma, kapan nyampe tempat rumah kakek?”rengek Nisa yang sudah tidak sabar untuk cepat sampai dirumah kakek.     
“Sabar dong nak, bentar lagi juga sampe kok.” jawab mama dengan senyum yang menghiasi wajahnya yang dibalut kerudung biru.      
“Tidur dulu aja dek, ntar abang bangunin deh kalo udah sampe dirumah kakek.” balas ku yang tengah asyik bermain dengan gadget milik ayah.       
“Bener tuh kata Abang Dani.” ayah pun ikut mengiyakan ide ku, sambil terus berkonsentrasi mengendrai mobil yang terus melaju di Tol Cipularang.
Tak terasa kami sudah diperjalanan hampir 2 jam, kemacetan di Tol Cipularang membuat perjalanan kami sedikit lama. 
“Sabar ya...bentar lagi sampe rumah kakek kok.”tiba-tiba ayah berbicara, memecahkan kebosanan dan kepenatan selama perjalanan.
Aku yang bosan hanya memainkan game di gadget ayah, sedangkan Nisa tertidur pulas sambil memegang boneka kesayangannya, ibu terus menemani ayah selama perjalanan dengan asyik mengobrol berbagai hal.

Beberapa menit kemudian, mobil kami sudah sampai dipertigaan jalan menuju kerumah kakek. Untuk menuju kerumah kakek jalannya relatif bagus dan lebar, semenjak direnovasi sekitar satu tahun yang lalu. Setelah sampai dirumah kakek dan nenek, kedatangan kami disambut baik oleh kakek dan nenek.         
“Wah cucu-cucu nenek, yang ganteng dan cantik udah dateng.” sambut nenek dengan wajah yang sumringah, wajah yang selalu ditampakkannya setiap anak dan cucunya datang.
“Pasti capek ya? Sini biar kakek pijitin kakinya.”tak kalah dengan nenek, kakek pun menyambut cucunya dengan penuh bahagia.  
“Iya kek, Dani capek. Tadi di tol macet banget jadi lama.” rengek ku kepada kakek yang tengah memijit badanku.   
Itulah kebiasan baik kakek yang aku sukai, ketika aku berkunjung kerumahnya, kakek selalu ingin memijit cucunya, apalagi pijitan kakek ku sangat mengenakkan. Ketika aku tengah asyik dipijit oleh kakek, Nisa malah asyik tidur dikamar, yang sudah disipkan nenek sebelumnya. Setelah aku, Nisa, ayah dan mama berisirahat sebentar, nenek menyuruh kami untuk menyantap makan siang yang sudah ia siapkan.   
“Masakan nenek, emang T O P B G T deh.”ucapku sambil mengunyah makanan.
“Abang, kalo makan gak boleh sambil ngomong nanti kesedak lo!” sahut mama dengan nada peringtan yang ditunjukkan untuk ku.        
“dari dulu kan memang masakan nenek, enak banget.”balas ayah.  
Kakek dan nenek hanya tergeleng-geleng sambil tersenyum, melihat kejadian yang terjadi dimeja makan siang hari ini. Kakek dan nenek adalah orant tua dari ayahku, sedangkan kakek dan nenek dari mama, tinggal di Jakarta, tidak jauh dari rumahku di Jakarta. Setelah makan siang dan sholat dhuhur berjamaah, nenek menyuruh kami untuk tidur siang, untuk memulihkan penat dan capek selama diperjalanan.

Malam harinya, setelah makan malam dan sholat maghrib serta isya berjamaah, kami mengobrol diberanda depan rumah kakek sambil mengobol dan menyantap makanan ringan ditemani secangkir jahe hangat buatan nenek. Nenek memang pintar sekali dalam urusan membuat makanan, dan semua makanan yang nenek buat pasti sangat lezat untuk lidah kami. Lalu aku dan Nisa meminta kakek untuk menceritakan sebuah dogeng untuk kami, akhirnya kekek pun menceritakan sebuah dongeng yang berjudul kera dan katak. Dengan penuh semangat, aku dan Nisa mendengarkan sambil duduk manis disamping kakek ditemani secangkir minuman jahe dan beberapa biskuit.

***
Cerita ini dimulai, disebuah hutan yang sangat lebat. Disana hidup berbagai macam binatang, mereka saling hidup rukun dan berdampingan satu sama lain. Ada dua hewan yang saling bersahabat, mereka adalah kera dan katak. Mereka saling hidup berdampingan dan tak pernah bertengkar. Tetapi pernah suatu ketika ada penyebab yang membuat katak marah dengan tingkah laku si kera.
Sumber : publicdomainvectors.org

Suatu ketika si kera sangat lapar tetapi tidak ada makanan, lalu ia berniat menemui katak utuk meminta makanan, tetapi ternyata katak pun tidak memiliki makanan. Mereka pun mencari makanan bersama di hutan, walaupun sudah mengelilingi hutan mereka tetap tidak menemukan makanan yang dapat mereka makan berdua. Diperjalan ia bertemu dengan kancil, dihutan tersebut kancil dikenal seagai hewan yang cerdik dan bijak dalam menyelesaikan suatu masalah, lalu mereka meminta solusi dari masalahnya.    
“Kancil, kami ingin meminta bantuan darimu.” kata katak kepada kancil. 
“Bantuan apa yang kalian inginkan dariku?” balas kancil.     
“Kami ini sangat lapar, tapi tidak ada makanan yang dapat kami makan. Kami sudah keliling hutan, tetapi tetap tidak menemukan makanan yang dapat kami makan berdua.” jawab kera degan muka kecewa.       
“Lalu, apa yang dapat aku bantu, aku pun tidak memiliki makanan untuk kalian, ha...ha....” jawab kancil sambil tertawa.     
“Kancil, disini kami ingin meminta solusi dari mu, karena di hutan ini kamu dianggap sebagai hewan yang cerdik dan bijak. Lalu apa yang dapat kami lakukan, agar kami dapat makanan dan tidak akan merasa kelaparan lagi.” balas katak.    
“Ooo...begitu, baiklah... menurut ku, kalian menanam saja pohon pisang, setelah berbuah, berbuahnya dapat kalian makan bersama.” Kancil pun memberikan solusi untuk permasalahan mereka berdua.  
“Kera, bagaimana menurutmu?” tanya katak kepada kera.  
“Setuju, karena aku juga sangat menyukai pisang, ha...ha...” jawab kera sambil tertawa.     
“Tapi bagaimana , kami mendapatkan pohon pisang?” balas katak dengan wajah bingung.     
“Kalian tau kan, sungai ditengah hutan ini, sering kali dilewati pohon pisang yang tumbang, ambil saja pohon itu lalu kalian tanam.” Jawab kancil dengan penuh bijaksana.       
Katak dan kera pun setuju, atas solusi dari kancil. Lalu, meraka pun bergegas menuju sungai ditengah hutan untuk mencari pohon pisang tumbang yang melewati sungai tersebut. Tanpa menungggu lama mereka pun menemukan pohon pisang yang mereka cari.

Tetapi setelah mereka mendapat pohon pisang, mereka bingung untuk menanamnya, apakah akan ditanam bersama atau dibagi menjadi dua?. Lalu akhirnya mereka berpendapat untuk membagi pohon pisang tersebeut menjadi dua bagian. 
“Kera, bagaimana cara kita membagi pohon ini biar adil antara kita?” tanya katak kepada kera.   
“Begini sana, kita belah menjadi dua. Aku yang bagian atas dan kamu bagian bawah.” balas kera dengan niat jahat untuk mengelabuhi katak.  
“Ya sudahlah, jika itu memang adil temanku kera.” jawab katak menyetujui kera.      
Kera memiliki niat jahat kepada katak, tetapi katak tetap menyetujui pembagian menurut kera, karena katak mengganggap pembagian kera adil. Niat jahat kera atas pembagian tersebut, kera beranggapan bahwa pohon bagian atas akan lebih cepat tumbuh karena sudah ada daunnya, dan beranggapan bahwa pohon bagian katak akan susah tumbuh karena tidak ada daunnya.

Mereka pun menanam bagian pohon masing-masing, mereka pun rajin menyiramnya. Setelah beberapa hari pohon pisang milik katak mulai berbunga yang menandakan akan berbuah, tetapi pohon pisang milik kera sama sekali tidak menampakan bunganya, malah mengering dan layu. Beberapa hari kemudian, pohon pisang milik katak mulai mengubah buanganya menjadi buah pisang yang semakin hari semakin matang. Tetapi dilain pihak pohon pisang milik kera sama sekali tak berbuah. Melihat kesedihan kera, katak pun berniat untuk membagi pisang miliknya kepada kera.      
“Kera, jangan bersedih, kamu boleh memakan pisangku, nanti kita makan berdua. Lagi pula aku juga tidak bisa memanjat, nanti kamu memanjat dan bawa kebawah untuk ku.” kata katak.         
“Baikalah, aku akan mengambilkannya untuk mu.” Jawab kera sangat senang, karena memiliki niat jahat kepada katak.
Saat pisang milik katak sudah matang, ia meminta kera untuk mengambilnya lalu dibawa kebawah untu mereka makan bersama. Ternyata, kera berniat jahat kepada katak. Setelah kera naik ke atas pohon, kera tidak membawa pisang kebawah, melainkan memakannya sendiri di atas pohon tanpa membaginya dengan katak.
“Hei kera cepatlah bawa kebawah buah pisang itu. Jangankan kau makan seorang diri!” kata katak mulai marah atas perilaku kera. 
“Ha...ha...ha...aku tidak akan turun membawa pisang ini, akan aku habiskan pisang ini seorang diri.” balas kera sambil tertawa terbahak-bahak yang tengah asyik menghabiskan pisang milik katak tanpa rasa bersalah.


Karena marah dengan kera, katak pun meninggalkan kera seorang diri, walaupun dengan keadaan perut katak yang sangat lapar. Sedangkan perut kera sangat kenyang, kera pun tertawa tanpa memikirkan nasib sahabtanya si katak, karena tak bisa turun akibat kekenyangan, kera pun memutuskan untuk istirahat diatas pohon pisang.
Lalu tiba-tiba hujan lebat datang dan angin kenyang pun merobohkan pohon pisang yang sedang dinaiki oleh kera. Hutan pun banjir, karena air sungai meluap, kera pun hanyut karena tidak bisa berenang.
“Katak, tolong aku, aku tidak bisa berenang.” Teriak kera yang semakin hanyut terbawa air sungai yang meluap.
Tetapi katak tak meolong, karena ia sudah pergi jauh meninggalkan kera. Akhirnya kera pun tenggelam.
***
Kakek menyudahi ceritanya, sambil menatap lekat kearah kami.
“Hayo, apa pesan dari cerita tadi?” tanya kakek kepada kami.     
“Apa ya kek? Kalo menurut Nisa, kita itu harus saling berbagi sama yang kekurangan, kan cerita tadi si kera kekuangan makan terus kataknya bagi makanan ke kera.” jawab Nisa dengan polosnya.     
Tetapi kakek hanya tersenyum, mendengar jawaban dari Nisa.
“Betul Nisa, kita harus saling berbagi dengan sesama.” jawab kakek sambil mengelus kepala Nisa.         
“Ini kek, kalo menurut Dani, kita itu harus saling tolong menolong dan gak lupa berterima kasih sama orang yang udah nolong kita, trus gak boleh jahat sama orang yang udah nolong kita.” jawab ku dengan penuh keyakinan.
“Nah betul, pinter cucu kakek.” jawab kakek sambil mengelus kepala ku.
“Jadi, pesan cerita tadi. Kalo ada temen kita yang kesusahan, kita harus membantunya dan berbagi dengan apa yang kita punya. Lalu yang dibantu juga harus berterima kasih dengan yang sudah membantu. Nah, kakek harap cucu-cucu kakek ini tidak ada yang seperti kera.” balas kakek sambil memuluk ku dan Nisa.      
“Gak dong, kek. Dani sama Nisa pasti jadi anak yang baik, gak kayak kera.” jawab ku sambil memandang wajah kakek ku.
Setelah kakek mendongengkan cerita tadi, aku dan Nisa mendapatkan pelajaran sekaligus pengalaman pertama kami liburan di rumah kakek dan nenek. Lalu, tak lama kemudian, ibu menyuruh ku dan Nisa untuk beristirahat, karena keesokan harinya masih banyak kegiatan yang akan aku lakukan di rumah kakek dan nenek untuk mengisi liburan.

***SEKIAN***

3 komentar:

  1. Makasih agan
    Cerpen mu bagus gan tpi gak ada biodatany jdi gak bisa liat muka agan yg kece ny aduhai

    BalasHapus
  2. apabila mengutip cerita lain yang sudah jadi maka disertakan sumbernya. Pada cerita anda, terdapat kutipan cerita yang dibacakan kakek yang berjudul katak dan kera, merupakan cerita yang sudah jadi sehingga perlu untuk menerakan sumber ceritanya. misalnya diambil pada alamat https://fixguy.wordpress.com/fabel-si-monyet-yang-rakus/ maka harus dituliskan sumbernya.

    ceritanya sudah oke. Lanjutkan!

    BalasHapus