Rabu, 13 Januari 2016

Drama Asal Usul Ikan Patin


Asal Usul Ikan Patin

Sumber : belajar-ilmu-pengetahuan-pendidikan.blogspot.com

Alkisah, pada zaman dahulu di tanah Melayu, hiduplah seorang ibu tua yang menjanda bernama Dayang Gading. Ia tinggal seorang diri. Kesehariannya ia bekerja mencara kayu bakar di hutan untuk ia jual di pasar dan terkadang ia mencari ikan disungai untuk lauk makan.
Suatu pagi, Dayang Gading pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar dan mencari ikan disungai seperti biasa.    
Dayang Gading : (Bersenandung) “Air pasang telan ke insang, air surut telan ke perut, renggutlah 3x!! Biar putus jangan rabut”. Itulah kata-kata yang ia sering ucapkan sewaktu mencari ikan.

Namun, setelah beberapa lama menunggu ia pun tak kunjung mendapatkan ikan. Karena menunggu lama ia pun merasa kelelahan dan putus asa, kemudian ia memutuskan untuk pulang.    
Dayang Gading : “Sudah lama sekali memamcing, tapi satu ikan pun tak ku dapat. lebih baik aku pulang lalu menjual kayu bakar ini saja.” (Sambil membasuh keringatnya)
Belum seberapa jauh ia berjalan, Dayang Gading mendengar suara tangisan bayi, lalu ia pun mencari asal usul suara tersebut.         
Dayang Gading : (Raut wajah bingung) “Suara tangisan bayi siapakah itu? Mengapa ada tangisan bayi di pinggir sungai seperti ini?” (sambil mencari-cari sumber suara tersebut).

Tidak lama kemudian Dayang Gading menemukan bayi tersebut. Ia pun membawa bayi tersebut pulang, akan tetapi sebelum membawanya pulang kerumah, ia menemui ketua adat terlebih dahulu untuk meminta nasihat.   
Dayang Gading : “Aku tak tau, apa yang harus aku lakukan dengan bayi ini, lebih baik aku temui saja Ketua Adat untuk meminta nasihat darinya.”       

Lalu Dayang Gading pun menemui Ketua Adat dengan sangat tergesa-gesa. Dayang Gading : (Wajah tergesa-gesa) “Ninik...ninik...ninik...”          
Ketua Adat : (Wajah bingung) “Ada apa gerangan? Mengapa wajah mu sangat tergesa-gesa untuk menemui ku dan bayi siapakah itu yang ada ditanganmu?”     
Dayang Gading : “Ini bayi yang aku temukan saat aku sedang mancari ikan di sungai, Nik. Apa yang harus aku lakukan dengan bayi ini, Nik?”          
Ketua Adat : “Apakah benar kau menemukan bayi ini dipinggir sungai? Kau tahu, Dyang Gading, bayi ini adalah bayi dari raja sungai, dan kau diberi kepercayaan untuk merawatnya, maka rawatlah ia sampai ia tumbuh menjadi dewasa dan menjadi gadis yang sangat cantik.”       
Dayang Gading : “Baiklah nik, akan saya rawat bayi ini dengan baik dengan sepenuh jiwa, raga dan cinta saya.”

Setelah Dayang Gading menemui Ketua Adat, ia pun membawa pulang bayi itu kerumahnya. Dayang Gading  memberi nama bayi tersebut dengan nama Dayang Kumunah dan ia rawat bayi tersebut dengan sangat spesial. Ia pun berjanji akan bekerja lebih giat untuk dapat mneghidupi dirinya dan bayi tersebut.      
Dayang Gading : (Wajah bahagia) “Gusti terima kasih atas pemberian bayi ini untuk ku akan saya rawat bayi ini dengan baik dengan sepenuh jiwa, raga dan cinta saya.”

Ternyata, ada beberapa tetangga Dayang Gading yang tidak suka melihat Dayang Gading memiliki bayi.
Sirancak : (Wajah sirik tak suka) “Masiak, kira-kira bayi siapakah gerangan yang dibawa Gading? Jangan-jangan ia menculiknya dari saudagar kaya raya atau bayi siluman yang ia temukan di sungai atau ditengah hutan?”
Masiak : (Wajah bingung) “Aku juga tidak habis pikir dari mana ia mendapatkan bayi tersebut?”  
Sirancak : “Daripada kita penasaran lebih baik kita ke gubuk Dayang Gading?”
Masiak : “Eh..eh jangan langsung liat, ntar kita ketauan. Gimana kalo kita intip aja si Gading?” (Sambil menepuk-nepuk pundak Sirancak)        
Sirancak : “Ayo mari...” (Sambil menarik tangan Masiak dengan tergea-gesa)         

Lalu mereka pun mengunjungi Dayang Gading untuk mencari tahu asal usul anak tersebut. Tetapi karena mereka takut, akhirnya mereka mengintip dari bilik rumah Dayang Gading.
Masiak : “Eh ..eh liat itu si Gading.” (Sambil menepuk bahu Sirancak)        
Sirancak : “Mana mana, aku ingin liat.” (Sambil menggeser Masiak).           
Masiak : “Itu lo itu.” (Sambil menunjuk Dayang Gading yang ada didalam rumah)
Sirancak : “Oh iya itu... Eh itu bayinya yang lagi digendong sama si Gading.”       
Masiak : “Mana mana?” (Sambil menggeser Sirancak)          
Sirancak : “Jangan geser-geser dong, ntar aku jatuh.” (Mereka pun jatuh)   

Akan tetapi Dayang Gading mengetahui ulah mereka berdua, karena mereka terlalu berisik dan sangat mengganggu Dayang Gading.         
Dayang Gading : (Wajah kaget dan marah) “Apa yang kalian lakukan disini! Mengapa kalian mengendap-endap digubukku ini, apa yang kalian inginkan?”    
Sirancak dan Masiak : (Terkejut dan bingung) “E....e....e...” 
Sirancak : “Ka..kaa...kami ingin mengetahui siapa bayi yang ada ditanganmu itu?”
Masiak : “Iya! Siapa bayi yang ada ditanganmu itu?” (Dengan nada tinggi dan penuh penasaran)
Dayang Gading ; “Ini bayi dari Raja Sungai dan ia mempercayai ku untuk merawat anaknya. Jika kalian tidak percaya silahkan temui ketua adat”               
Sirancak : “Baiklah kami akan menemui Ketua Adat.”         
Masiak : “Awas saja, jika kamu berbohong. Akan aku laporkan denga masyarakat disini.”
Akhirnya mereka berdua pelan-pelan pergi meninggalkan gubuk Dayang Gading, karena mereka merasa bersalah.

Waktu terus bergulir, Dayang Kumunah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan berbudi pekerti luhur, karena Dayang Gading telah membekalinya dengan ilmu pengetahuan dan pelajaran budi pekerti. Tetapi ada satu hal yang tidak bisa dilakukan oleh Dayang Kumunah, yaitu dia tidak bisa tertawa. Sampai akhirnya ada seorang pemuda tampan yang jatuh hati padanya. Pemuda itu bernama Awangku Usop.

Suatu hari Awangku Usop berjalan-jalan dan tak sengaja melewati gubuk Dayang Gading.           
Awangku Usop : “Wahai gerangan siapakah nama adinda yang cantik jelita ini?” (Sambil mendekati Dayang Kumunah yang sedang menyapu)      
Dayang Kumunah : (Terperanjat) “Saya Dayang Kumunah, siapakah engkau wahai pemuda tampan nan gagah?”
Awangku Usop : (Tersipu malu) “Namaku Awangku Usop, pemuda dari desa sebrang. Saya tak sengaja melawati gubuk ini dan melihat adinda cantik jelita.”
Dayang Kumunah : (Dengan muka memerah dan tersipu malu) “Ah..kakanda bisa saja”.

Akhirnya dengan berjalannya waktu dan dari percakapan singkat mereka, mereka pun saling menaruh perasaan satu san lain dan jatuh hati. Kadang pula mereka pun berjalan berdua, hingga suatu hari Awangku Usop ingin menemui Ibu Dayang Kumunah untuk meminta restu dari nya, agar diberikan restu untuk meminang Dayang Kumunah.   
Awangku Usop : “Adinda, bawalah aku kerumah mu, aku ingin berbicara sesuatu kepada ibu mu!” (Sambil berjalan)           
Dayang Kumunah : “Marilah kanda.”

Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai dirumah Dayang Kumunah, di dalam rumah Dayang Gading sedang menunggu mereka. (Azkia)    
Dayang Kumunah : (Sambil membuka pintu) “Assalamualaikum...”
Dayang Gading : Walaikumsalam, dari mana saja kalian?”   
Awangku Usop : “Kami hanya berjalan-jalan disekitar kampung, mbu. Mbu ada yang ingin ku bicarangan dengan mu tentang Dayang Kumunah.”  
Dayang Gading : “Apa yang engkau ingin bicarakan dengan ku?”
Awangku Usop : “Begini mbu, sudah lama kami berteman dan saling menyayangi satu sam lain, apakah mbu memberikan restu, jika aku meminang Dayang Kumunah?”
Dayang Gading : “Jika itu memang mau mu, Mbu bisa apa. Mbu sudah semakin tua dan renta, sudah tidak bisa lagi menjaga Dayang Kumunah. Mbu memberikan restu kepada kalian, tapi semua terserah kepada Dayang Kumunah, anakku.” (Sambil merangkul Dayang Kumunah).     
Dayang Kumunah : (Wajah sedih) “kakanda...jika kau ingin meminang ku, dapatkah engkau menyanggupi syarat yang ku berikan untuk mu?”
Awangku Usop : “Syarat apa yang harus kakanda penuhi? Apa pun yang adinda inginkan akan kakanda lakukan, asalkan adinda bisa menjadi istri kakanda.”  
Dayang Kumunah : “Jangan paksa aku untuk tertawa dalam keadaan apapun, apakah kakanda sanggup memenuhi syarat tersebut?” (Menundukkan kepala dengan wajah sedih)          
Awangku Usop : “Baiklah.. kakanda sanggup untuk memenuhi syarat yang adinda ajukan tadi.” (Sambil memegang tangan Dayang Kumunah)

Pernikahan pun dilangsungkan, tetapi terjadi sebuah kejadian yang tidak bahagia saat pernikahan dilangsungkan. Dayang Gading terserang penyakit jantung secara tiba-tiba, dan tak lama kemudian Dayang Gading pun meninggal dunia. 
Awangku Usop : “Akan aku sematkan cincin ini dijarimu, dan kita pun akan menjadi suami istri.” (Tersenyum sambil melihat Dayang Kumunah dan menyematkan cincin di jari manis Dayang Kumunah).       
Dayang Gading : (Tiba-tiba jatuh)     
Dayang Kumunah : “Mbu..mbu bangunlah mbu.” (Dayang Kumunah menangis, tetapi saat itu juga Dayang Gading telah meninggal)

Dayang Gading meninggal dunia saat pernikahan Dayang Kumunah dilangsungkan. Peristiwa itu membuat hati Dayang Kumunah diselimuti perasaan sedih hingga berbulan bulan. Awangku Usop berusaha menghibur Dayang Kumunah dengan berbagai cara, namun Dayang Kumunah tetap tidak tertawa.

Untungnya, kesedihan itu segara terobati dengan kelahiran ke 3 buah hati nya.      
Awangku Usop : “Adinda, sudah kah adinda merasa bahagia atas kehadiran buah hati kita?” (Sambil menunjuk ke arah anak-anaknya)    
Dayang Kumunah : “Iya kanda, hidup adinda serasa lebih lengkap dengan kehadiran buah hati kita yang sangat manis nan menggemaskan.”   

Namun, ada sesuatu yang membuat Awangku Usop belum merasa bahagia, karena dari awal bertemu hingga menikah sampai mereka memiliki anak, Dayang Kumunah belum pernah tertawa.
Seiring berjalannya waktu, buah hati mereka, mulai tumbuh besar. Di suatu sore, Awangku Usop, Dayang Kumunah dan anak-anaknya berkumpul diberanda rumah mereka.       
Awangku Usop : (Memanggil anak-anakanya)          

Sambil bercanda ria dan tertawa bahagia di beranda rumah meraka, kecuali Dayang Kumunah. Pada saat itu, Awangku Usop mendesak Dayang Kumunah untuk tertawa.          
Awangku Usop : “Adinda, cobalah untuk tertawa sedikit saja!” (wajah memaksa) 
Anak 1 : “iya Mbu, ayolah tertawa!” (Wajah penuh harap)   
Anak-anak : (Sambil mendekati Dayang Kumunah) “Iya mbu iyaa.. ayolah tertawa bahagia bersama-sama kita”. 
Dayang Kumunah : (Hanya tertunduk dan diam saja sambil merangkul anaknya)
Akan tetapi Awangku Usop tetap memaksanya untuk tertawa.       
Awangku Usop : (Sambil merayu) “Ayolah adinda, kita tertawa bersama-sama, agar kebahagiaan lebih terlihat. Ayolah adinda, untuk ku dan anak-anak kita”          
Dayang Kumunah : (Tetap diam dan tak berkata apa-apa)   
Awangku Usop dan anak-anak : (Berusaha untuk terus merayu Dayang Kumunah agar tertawa)
Dayang Kumunah : (Tersenyum) “Baiklah wahai suami ku yang sangat aku sayangi. Aku akan meluapkan semua kebahagiaan ku saat ini bersama kakanda tercinta dan anak-anakku yang sangat aku sayangi. Kebahagiaan yang aku rasakan selama ini, ketika aku bertemu pertama kali dengan kakanda hingga kita menikah dan memiliki anak-anak yang sangat adinda sayangi”.

Mereka pun sangat senang dengan apa yang dikatakan Dayang Kumunah, hingga mau untuk tertawa bersama-sama. Akhirnya mereka pun bercanda ria bersama-sama, bercerita, hingga akhirnya tertawa bersamasa dan Dayang Kumunah pun ikut tertawa.

Akan tetapi, ketika mereka asik bercanda ria bersama ada kejadian yang membuat tawa mereka hilang. Tanpa disadari saat Dayang Kumunah tertawa terlihat insang di dalam mulut Dayang Kumunah, dan membuat Awangku Usop serta anak-anak kaget dan bingung.     
Awangku Usop : “Wahai adinda, ada apa dengan wajah mu? Mengapa muncul sesuatu yang aneh dari wajah cantikmu adinda?”     
Anak-anak : “Itu apa mbu?” (Wajah kaget)   
Dayang Kumunah : (Berlari sambil menangis menuju sungai)

Dayang Kumunah pun berlari menuju sungai, lalu diikuti oleh Awangku Usop dan anak-anaknya. Tetapi semua sudah terlambat, tepat didepan sungai Awangku Usop dan anak-anaknya memanggil Dayang Kumunah.
Awangku Usop : (Berteriak) “Adinda ku...” 
Anank-anak : “Mbu...mbu” (Sambil menangis)         
Dayang Kumunah : (Berbalik badana sambil menangis) “Kanda, rawatlah anak-anak kita dengan baik”.

Lalu Dayang Kumunah pun menjatuhkan diri ke sungai dan berubah menjadi ikan dengan bentuk badan cantik dan kulit mengkilat tanpa sisik inilah yang orang-orang sebut sebagai ikan patin.           
Awangku Usop dan anak-anak : (Menangis)

Akhirnya Awangku Usop menyadari kesalahaannya dan menyesal, karena telah mendesak Dayang Kumunah untuk tertawa. Awangku Usop dan anak-anaknya sangat bersedih melihat Dayang Kumunah yang sangat mereka cintai itu telah menjadi ikan. Mereka pun berjanji tidak akan makan ikan patin, karena dianggap sebagai keluarga mereka. Itulah sebabnya sebagian orang Melayu tidak memakan ikan patin.

Selasa, 05 Januari 2016

Kakek ku Pendongeng Ku "Cerita Pendek Anak-anak"

Kakek ku Pendongeng ku


1. Identitas Penulis        
Nama       : Faizatur Rokhmah                               
    NPM         : 1413053048       
Tempat, Tanggal Lahir : Totokaton, 6 Juni 1996 
Alamat     : Totokaton, Kec.Punggur 
Motto      : Selalu ada jalan bagi mereka yang berusaha dan selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa    
E-mail      :
faiza.rokhmah@yahoo.com      
Blog         :
http://faizatur96.blogspot.co.id/
2.  Unsur Intrinsik 
Tema       :
Pembohongan      
Penokohan : Dani (aku) berwatak selalu ingin tahu dan baik.
  Nisa berwatak manja dan selalu ingin tahu.
  Ayah berwatak baik, bijaksana dan humoris.
  Mama berwatak baik dan penyayang.
  Nenek berwatak baik.
  Kakek berwatak baik dan humoris.
  Kera berwatak jahat, licik dan rakus.
  Katak berwatak baik.
  Kancil berwatak cerdik dan bijak.
Amanah    : Saling tolong menolonglah dalam hal kebaikan, dan berterimakasihlah dengan orang yang telah menolong kita.
3.  Sinopsis Cerpen

Perjalanan liburan dua kakak beradik ke rumah kakek dan neneknya. Disana mereka memiliki beberapa rencana untuk mengisi liburan mereka, ketika berada dirumah kakek dan nenenknya. Salah satunya mendengarkan dongeng dari kakek, yaitu cerita katak dan kera. 


Kakek ku Pendongeng ku

“Yah, ayo cepetan berangkat,” teriak ku dari dalam mobil.
Sungguh aku sudah tidak sabar, untuk segera berangkat liburan kerumah nenek dan kakek di Bandung. Hari ini aku, adik ku Nisa, ayah dan mama akan berangkat ke Bandung untuk mengisi liburan kenaikan kelas ku dan Nisa. Disana kami berlibur, kurang lebih satu minggu, walaupun sebenarnya liburan kenaikan kelas berlangsung 3 minggu, tapi ayah hanya libur satu minggu dari pekerjaannya sebagai kontraktor. Aku dan Nisa sudah memiliki rencana untuk mengisi liburan ku bersama nenek dan kakek, rencanya ketika aku disana aku akan mengajak nenek dan kakek kesawah untuk belajar menanam sayur sambil bermain dengan kambing, sapi atau hewan ternak lainnya dan tidak lupa mendengar cerita dari kakek. Bagi ku dan Nisa, kakek adalah pendongeng yang terbaik, karena selalu bisa mendongeng cerita-cerita yang seru untuk kami.
Sudah beberapa jam, kami berada dimobil untuk perjalanan liburan ke Bandung. Perjalanan dari Jakarta ke Bandung biasanya menempuh waktu 1 jam 30 menit, jika tidak mengalami kemacetan. 
“Ma, kapan nyampe tempat rumah kakek?”rengek Nisa yang sudah tidak sabar untuk cepat sampai dirumah kakek.     
“Sabar dong nak, bentar lagi juga sampe kok.” jawab mama dengan senyum yang menghiasi wajahnya yang dibalut kerudung biru.      
“Tidur dulu aja dek, ntar abang bangunin deh kalo udah sampe dirumah kakek.” balas ku yang tengah asyik bermain dengan gadget milik ayah.       
“Bener tuh kata Abang Dani.” ayah pun ikut mengiyakan ide ku, sambil terus berkonsentrasi mengendrai mobil yang terus melaju di Tol Cipularang.
Tak terasa kami sudah diperjalanan hampir 2 jam, kemacetan di Tol Cipularang membuat perjalanan kami sedikit lama. 
“Sabar ya...bentar lagi sampe rumah kakek kok.”tiba-tiba ayah berbicara, memecahkan kebosanan dan kepenatan selama perjalanan.
Aku yang bosan hanya memainkan game di gadget ayah, sedangkan Nisa tertidur pulas sambil memegang boneka kesayangannya, ibu terus menemani ayah selama perjalanan dengan asyik mengobrol berbagai hal.

Beberapa menit kemudian, mobil kami sudah sampai dipertigaan jalan menuju kerumah kakek. Untuk menuju kerumah kakek jalannya relatif bagus dan lebar, semenjak direnovasi sekitar satu tahun yang lalu. Setelah sampai dirumah kakek dan nenek, kedatangan kami disambut baik oleh kakek dan nenek.         
“Wah cucu-cucu nenek, yang ganteng dan cantik udah dateng.” sambut nenek dengan wajah yang sumringah, wajah yang selalu ditampakkannya setiap anak dan cucunya datang.
“Pasti capek ya? Sini biar kakek pijitin kakinya.”tak kalah dengan nenek, kakek pun menyambut cucunya dengan penuh bahagia.  
“Iya kek, Dani capek. Tadi di tol macet banget jadi lama.” rengek ku kepada kakek yang tengah memijit badanku.   
Itulah kebiasan baik kakek yang aku sukai, ketika aku berkunjung kerumahnya, kakek selalu ingin memijit cucunya, apalagi pijitan kakek ku sangat mengenakkan. Ketika aku tengah asyik dipijit oleh kakek, Nisa malah asyik tidur dikamar, yang sudah disipkan nenek sebelumnya. Setelah aku, Nisa, ayah dan mama berisirahat sebentar, nenek menyuruh kami untuk menyantap makan siang yang sudah ia siapkan.   
“Masakan nenek, emang T O P B G T deh.”ucapku sambil mengunyah makanan.
“Abang, kalo makan gak boleh sambil ngomong nanti kesedak lo!” sahut mama dengan nada peringtan yang ditunjukkan untuk ku.        
“dari dulu kan memang masakan nenek, enak banget.”balas ayah.  
Kakek dan nenek hanya tergeleng-geleng sambil tersenyum, melihat kejadian yang terjadi dimeja makan siang hari ini. Kakek dan nenek adalah orant tua dari ayahku, sedangkan kakek dan nenek dari mama, tinggal di Jakarta, tidak jauh dari rumahku di Jakarta. Setelah makan siang dan sholat dhuhur berjamaah, nenek menyuruh kami untuk tidur siang, untuk memulihkan penat dan capek selama diperjalanan.

Malam harinya, setelah makan malam dan sholat maghrib serta isya berjamaah, kami mengobrol diberanda depan rumah kakek sambil mengobol dan menyantap makanan ringan ditemani secangkir jahe hangat buatan nenek. Nenek memang pintar sekali dalam urusan membuat makanan, dan semua makanan yang nenek buat pasti sangat lezat untuk lidah kami. Lalu aku dan Nisa meminta kakek untuk menceritakan sebuah dogeng untuk kami, akhirnya kekek pun menceritakan sebuah dongeng yang berjudul kera dan katak. Dengan penuh semangat, aku dan Nisa mendengarkan sambil duduk manis disamping kakek ditemani secangkir minuman jahe dan beberapa biskuit.

***
Cerita ini dimulai, disebuah hutan yang sangat lebat. Disana hidup berbagai macam binatang, mereka saling hidup rukun dan berdampingan satu sama lain. Ada dua hewan yang saling bersahabat, mereka adalah kera dan katak. Mereka saling hidup berdampingan dan tak pernah bertengkar. Tetapi pernah suatu ketika ada penyebab yang membuat katak marah dengan tingkah laku si kera.
Sumber : publicdomainvectors.org

Suatu ketika si kera sangat lapar tetapi tidak ada makanan, lalu ia berniat menemui katak utuk meminta makanan, tetapi ternyata katak pun tidak memiliki makanan. Mereka pun mencari makanan bersama di hutan, walaupun sudah mengelilingi hutan mereka tetap tidak menemukan makanan yang dapat mereka makan berdua. Diperjalan ia bertemu dengan kancil, dihutan tersebut kancil dikenal seagai hewan yang cerdik dan bijak dalam menyelesaikan suatu masalah, lalu mereka meminta solusi dari masalahnya.    
“Kancil, kami ingin meminta bantuan darimu.” kata katak kepada kancil. 
“Bantuan apa yang kalian inginkan dariku?” balas kancil.     
“Kami ini sangat lapar, tapi tidak ada makanan yang dapat kami makan. Kami sudah keliling hutan, tetapi tetap tidak menemukan makanan yang dapat kami makan berdua.” jawab kera degan muka kecewa.       
“Lalu, apa yang dapat aku bantu, aku pun tidak memiliki makanan untuk kalian, ha...ha....” jawab kancil sambil tertawa.     
“Kancil, disini kami ingin meminta solusi dari mu, karena di hutan ini kamu dianggap sebagai hewan yang cerdik dan bijak. Lalu apa yang dapat kami lakukan, agar kami dapat makanan dan tidak akan merasa kelaparan lagi.” balas katak.    
“Ooo...begitu, baiklah... menurut ku, kalian menanam saja pohon pisang, setelah berbuah, berbuahnya dapat kalian makan bersama.” Kancil pun memberikan solusi untuk permasalahan mereka berdua.  
“Kera, bagaimana menurutmu?” tanya katak kepada kera.  
“Setuju, karena aku juga sangat menyukai pisang, ha...ha...” jawab kera sambil tertawa.     
“Tapi bagaimana , kami mendapatkan pohon pisang?” balas katak dengan wajah bingung.     
“Kalian tau kan, sungai ditengah hutan ini, sering kali dilewati pohon pisang yang tumbang, ambil saja pohon itu lalu kalian tanam.” Jawab kancil dengan penuh bijaksana.       
Katak dan kera pun setuju, atas solusi dari kancil. Lalu, meraka pun bergegas menuju sungai ditengah hutan untuk mencari pohon pisang tumbang yang melewati sungai tersebut. Tanpa menungggu lama mereka pun menemukan pohon pisang yang mereka cari.

Tetapi setelah mereka mendapat pohon pisang, mereka bingung untuk menanamnya, apakah akan ditanam bersama atau dibagi menjadi dua?. Lalu akhirnya mereka berpendapat untuk membagi pohon pisang tersebeut menjadi dua bagian. 
“Kera, bagaimana cara kita membagi pohon ini biar adil antara kita?” tanya katak kepada kera.   
“Begini sana, kita belah menjadi dua. Aku yang bagian atas dan kamu bagian bawah.” balas kera dengan niat jahat untuk mengelabuhi katak.  
“Ya sudahlah, jika itu memang adil temanku kera.” jawab katak menyetujui kera.      
Kera memiliki niat jahat kepada katak, tetapi katak tetap menyetujui pembagian menurut kera, karena katak mengganggap pembagian kera adil. Niat jahat kera atas pembagian tersebut, kera beranggapan bahwa pohon bagian atas akan lebih cepat tumbuh karena sudah ada daunnya, dan beranggapan bahwa pohon bagian katak akan susah tumbuh karena tidak ada daunnya.

Mereka pun menanam bagian pohon masing-masing, mereka pun rajin menyiramnya. Setelah beberapa hari pohon pisang milik katak mulai berbunga yang menandakan akan berbuah, tetapi pohon pisang milik kera sama sekali tidak menampakan bunganya, malah mengering dan layu. Beberapa hari kemudian, pohon pisang milik katak mulai mengubah buanganya menjadi buah pisang yang semakin hari semakin matang. Tetapi dilain pihak pohon pisang milik kera sama sekali tak berbuah. Melihat kesedihan kera, katak pun berniat untuk membagi pisang miliknya kepada kera.      
“Kera, jangan bersedih, kamu boleh memakan pisangku, nanti kita makan berdua. Lagi pula aku juga tidak bisa memanjat, nanti kamu memanjat dan bawa kebawah untuk ku.” kata katak.         
“Baikalah, aku akan mengambilkannya untuk mu.” Jawab kera sangat senang, karena memiliki niat jahat kepada katak.
Saat pisang milik katak sudah matang, ia meminta kera untuk mengambilnya lalu dibawa kebawah untu mereka makan bersama. Ternyata, kera berniat jahat kepada katak. Setelah kera naik ke atas pohon, kera tidak membawa pisang kebawah, melainkan memakannya sendiri di atas pohon tanpa membaginya dengan katak.
“Hei kera cepatlah bawa kebawah buah pisang itu. Jangankan kau makan seorang diri!” kata katak mulai marah atas perilaku kera. 
“Ha...ha...ha...aku tidak akan turun membawa pisang ini, akan aku habiskan pisang ini seorang diri.” balas kera sambil tertawa terbahak-bahak yang tengah asyik menghabiskan pisang milik katak tanpa rasa bersalah.


Karena marah dengan kera, katak pun meninggalkan kera seorang diri, walaupun dengan keadaan perut katak yang sangat lapar. Sedangkan perut kera sangat kenyang, kera pun tertawa tanpa memikirkan nasib sahabtanya si katak, karena tak bisa turun akibat kekenyangan, kera pun memutuskan untuk istirahat diatas pohon pisang.
Lalu tiba-tiba hujan lebat datang dan angin kenyang pun merobohkan pohon pisang yang sedang dinaiki oleh kera. Hutan pun banjir, karena air sungai meluap, kera pun hanyut karena tidak bisa berenang.
“Katak, tolong aku, aku tidak bisa berenang.” Teriak kera yang semakin hanyut terbawa air sungai yang meluap.
Tetapi katak tak meolong, karena ia sudah pergi jauh meninggalkan kera. Akhirnya kera pun tenggelam.
***
Kakek menyudahi ceritanya, sambil menatap lekat kearah kami.
“Hayo, apa pesan dari cerita tadi?” tanya kakek kepada kami.     
“Apa ya kek? Kalo menurut Nisa, kita itu harus saling berbagi sama yang kekurangan, kan cerita tadi si kera kekuangan makan terus kataknya bagi makanan ke kera.” jawab Nisa dengan polosnya.     
Tetapi kakek hanya tersenyum, mendengar jawaban dari Nisa.
“Betul Nisa, kita harus saling berbagi dengan sesama.” jawab kakek sambil mengelus kepala Nisa.         
“Ini kek, kalo menurut Dani, kita itu harus saling tolong menolong dan gak lupa berterima kasih sama orang yang udah nolong kita, trus gak boleh jahat sama orang yang udah nolong kita.” jawab ku dengan penuh keyakinan.
“Nah betul, pinter cucu kakek.” jawab kakek sambil mengelus kepala ku.
“Jadi, pesan cerita tadi. Kalo ada temen kita yang kesusahan, kita harus membantunya dan berbagi dengan apa yang kita punya. Lalu yang dibantu juga harus berterima kasih dengan yang sudah membantu. Nah, kakek harap cucu-cucu kakek ini tidak ada yang seperti kera.” balas kakek sambil memuluk ku dan Nisa.      
“Gak dong, kek. Dani sama Nisa pasti jadi anak yang baik, gak kayak kera.” jawab ku sambil memandang wajah kakek ku.
Setelah kakek mendongengkan cerita tadi, aku dan Nisa mendapatkan pelajaran sekaligus pengalaman pertama kami liburan di rumah kakek dan nenek. Lalu, tak lama kemudian, ibu menyuruh ku dan Nisa untuk beristirahat, karena keesokan harinya masih banyak kegiatan yang akan aku lakukan di rumah kakek dan nenek untuk mengisi liburan.

***SEKIAN***

Jumat, 01 Januari 2016

contoh RPP tematik kelas 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK
(RPP)


Satuan Pendidikan    : SD Negeri 2 Sukamaju
Kelas / Semester        : IV/1
Tema                          : 5. Pahlawanku
Subtema                     : 1. Perjuangan para pahlawan
Pembelajaran Ke      : 1
Alokasi Waktu           : 6 x 35 Menit

A.      Kompetensi Inti
1.    Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2.    Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.
3.    Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
4.    Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B.       Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia
3.5     Menggali informasi dari teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu- Budha di Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.
4.5     Mengolah dan menyajikan teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.
IPS
3.2     Memahami manusia, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu pada masapraaksara, Hindu Budha, Islam dalam aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan.
4.2     Merangkum hasil pengamatan dan menceritakan manusia, perubahan dankeberlanjutan dalam waktu pada masa praaksara, Hindu Budha, Islam dalamaspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan.
PPKn
3.4     Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan masyarakat.
4.3     Bekerjasama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah,sekolah, dan masyarakat.

C.      Indikator
Bahasa Indoesia
1.      Menemukan informasi yang terkait dengan kehidupan pada masa salah satu kerajaan Hindu.
2.      Membuat ulasan sederhana terkait dengan kehidupan pada masa salah satu kerajaan Hindu dengan menggunakan kosakata baku.
IPS
1.      Menjelaskan sikap kepahlawanan Raja-Raja dari masa Hindu, Budha dan Islam melalui lini masa.
2.      Menjelaskan sikap kepahlawanan berdasarkan pertanyaan.
PPKn
1.         Menjelaskan pentingnya kegiatan bergotong royong sebagai wujud dari rasa persatuan di dalam kehidupan bermasyarakat.
2.         Memberikan contoh sikap yang menunjukkan rasa persatuan.
3.         Gotong royong membersihkan  ruang kelas.



D.      Tujuan Pembelajaran
1.      Setelah membaca teks, siswa mampu menemukan paling sedikit 3 informasi tentang perjuangan Raja Purnawarman dengan benar.
2.      Setelah mencari informasi, siswa mampu membuat rangkuman tentang perjuangan beberapa tokoh berdasarkan sejarah dari masa kerajaan Hindu, Buddha dan Islam.
3.      Setelah menganalisa bacaan dan melakukan diskusi tentang Raja Purnawarman, siswa mampu memberikan pendapatnya tentang sikap Raja tersebut dengan rinci.
4.      Setelah mengelompokkan gambar tentang sikap persatuan dan mendiskusikannya, siswa mampu menjelaskan pentingnya rasa persatuan di dalam kehidupan bermasyarakat.
5.      Setelah menganalisis contoh tentang sikap persatuan dan mendiskusikannya, siswa mampu memberikan 3 contoh sikap yang menunjukkan rasa persatuan dengan benar.
6.      Setelah membaca dan mendiskusikan bacaan, siswa mampu menceritakan dalam bentuk tulisan tentang pelaksanaan kegiatan gotong royong di lingkungan sekitar dengan tepat.
7.      Setelah kegiatan mengamati gambar dan diskusi, siswa mampu menceritakan dalam bentuk tulisan pengalaman pribadi tentang kegiatan gotong royong di lingkungan sekitarnya dengan tepat.
8.      Setelah menceritakan pengalaman pribadi tentang kegiatan gotong royong, siswa mampu  gotong royong membersihkan ruangan kelas.

E.       Materi Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Menceritakan pengalaman bergotong royong.
IPS
Mengulas bacaan tentang Raja Punawarman.
PPKn
Membedakan contoh dan bukan contoh persatuan dalam kehidupan sehari-hari.

F.       Metode dan Pendekatan Pelajaran
Pendekatan          : Saintifik (Scientific)
Strategi                 : Pembelajaran Kooperatif
Metode                 : Pengamatan, Tanya Jawab, Diskusi, Penugasan, Ceramah

G.      Media/Alat dan Sumber Belajar
Alat
·      Gambar beberapa orang sedang bekerjasama melakukan beragam kegiatan.
·      Teks tentang kepahlawanan .
Sumber Belajar
·      Buku Guru kelas IV Tema 5Pahlawanku, Subtema 1, Pembelajaran 1, hal 4-11.
·      Buku Siswa kelas IV Tema 5Pahlawanku, Subtema 1, Pembelajaran 1, hal 1-8.

H.      Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Pendahuluan
1.         Guru memberikan salam dan mengajak siswa berdoa.
2.         Mengecek kehadiran siswa.
3.         Mengajak tepuk kompak.
4.         Guru bertanya jawab dengan siswa tentang manusia praaksara (purba) yang hidup sebelum manusia modern sekarang.
5.         Guru menyampaikan tema yang akan dibelajarkan pada pertemuan tersebut dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari.
10 menit
Inti
1.         Siswa membaca teks di buku siswa tentang pahlawan dan raja di indonesia di buku tematik masing-masing.
2.         Diberikan LKS, siswa membuat menyebutkan nama pahlawan dengan menggunakan kata-katanya sendiri sesuai tertera pada buku siswa.
3.         Guru memberikan arahan jika siswa mengalami kesulitan.
4.         Hasil ringkasan diperlihatkan kepada teman sebelah untuk saling dikomentari (apa yang kurang sesuai).
5.         Guru memajang gambar tempel tentang beberapa pahlawan yang ada di Indonesia dan informasi tentang pahlawan  tersebut.
6.         Siswa mencermati gambar kemudian diminta menyampaikan pendapat tentang gambar tersebut.
7.         Siswa menulis informasi tentang pahlawan  yang ada di papan tulis.
8.         Siswa berkelompok sebanyak tiga orang, dan mengisi kolom di lembar latihan di buku siswa.
9.         Tiap kelompok diminta untuk menuliskan kembali dalam bahasa indonesia dengan baik dan benar.
10.     Tiap kelompok menyampaikan hasil pengamatan di depan kelas, kelompok lainnya memberikan komentarnya.
11.     Selama siswa bereksplor, guru berkeliling sambil mencatat kegiatan siswa dan dimotivasi untuk selalu mencoba untuk mencari di buku lain sehingga data yang didapat lebih lengkap.
12.     Guru memanggil salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya (mengkomunikasikan dan konfirmasi).
13.     Memberi kesempatan kelompok lain untuk mendengarkan dan memberikan pendapatnya.
14.     Guru memberikan reward kepada siswa dengan kinerja yang baik.
15.     Mengajak semua siswa berdiri dan melakukan “Ice breaking” untuk mencairkan suasana dan kepenatan setelah belajar.
155 menit

1.         Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil pembelajaran pada pertemuan hari ini.
2.         Melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
3.         Memberikan pesan moral yang berkaitan dengan tema yang dipelajari.
4.         Guru melakukan tindak lanjut (evaluasi) tentang apa yang sudah dipelajari.
5.         Salam dan doa penutup.
15 menit

I.         Penilaian
1.    Teknik Penilaian
a.    Tes Tulis Uraian Non-Objektif
b.    Observasi
2.    Bentuk Penilaian
a.    Penilain Proses
Kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
b.    Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan instrumen penilaian hasil belajar dengan tes tulis dan lisan.
3.    Bentuk Instrumen Penilaian
a.    Rubrik Bahasa Indonesia dan IPS : menuliskan kembali cerita perjuangan Raja Purnawarman.

Kriteria
4
3
2
1

Ide Utama dan hal yang dapat dipelajari

Siswa menyebutkan ide utama dengan jelas dan menyampaikan hal yang bisa dipelajari dari bacaan atau sebaliknya.

Siswa menyebutkan ide utama dengan jelas namun tidak menyampaikan hal yang bisa dipelajari dari bacaan atau sebaliknya.

Ide utama atau hal yang dapat dipelajari dari bacaan disampaikan tidak lengkap.

Ide utama atau hal yang bisa dipelajari dari bacaan tidak disampaikan siswa sama sekali.

Data

Siswa menye­butkan data dengan leng­kap (tokoh, tahun, tem­pat) dan dapat menghubung­kannya satu sama lain.

Siswa menyebutkan data dengan lengkap (tokoh, tahun, tempat) namun tidak menyampaikan hubunganny .

Siswa menye­butkan se­bagian data (tokoh, tahun, tempat) dan dapat meng­hubungkan­nya satu sama lain.

Siswa menye­butkan se­bagian data (tokoh, ta­hun, tempat) namun tidak dapat men­ghubung­kannya satu sama lain.

Pengorganisasian

Siswa menyampaikan isi bacaan secara runtut (awal, tengah dan akhir)

Sebagian besar urutan bacaan disampaikan siswa secara runtut.

Isi bacaan disampaikan siswa tanpa melihat hubungan urutan.

Siswa me­nyampaikan isi cerita den­gan meng­hilangkan salah satu unsur (awal, tengah, akhir)
Penilaian : 4 + 3 + 3 x 10 = 10 x 10 = 8,3
                        12                 12




b.    Rubrik Diskusi
Kriteria
Bagus sekali
Cukup Bagus
Perlu Berlatih lagi


Mendengarkan


Selalu mendengarkan teman yang sedang berbicara.
(2)


Mendengarkan teman yang berbicara namun sesekali masih perlu diingatkan.
(1.5)  √


Masih perlu diingatkan untuk mendengarkan teman yang sedang berbicara.
(1)

Partisipasi (menyampaikan ide, perasaan, pikiran)

Isi pembicaraan menginspirasi teman. Selalu mendukung dan memimpin lainnya saat diskusi.
(3)

Berbicara dan menerangkan secara rinci, merespon sesuai dengan topik.
(2) √


Jarang berbicara selama proses diksusi berlangsung.
(1)

Komunikasi non verbal (kontak mata, bahasa tubuh, postur, ekspresi wajah, suara)


Merespon dan menerapkan komunikasi non verbal dengan tepat.
(3) √

Merespon dengan tepat terhadap komunikasi non verbal yang ditunjukkan teman.
(2)



Membutuhkan bantuan dalam memahami bentuk komunikasi non verbal yang ditunjukkan teman.
(1)
Penilaian : 1,5 + 2 + 3 x 10 = 6,5 x 10 = 8,1
                                    8                      8

c.    Daftar Periksa PPKn
Kriteria
Sudah Terlihat
Belum Terlihat
Mengelompokkan gambar yang mencerminkan sikap persatuan dengan paling sedikit 2 benar, disertai alasan yang tepat.


Menuliskan paling sedikit 3 manfaat pentingnya rasa persatuan di dalam kehidupan bermasyarakat.


Memberikan 3 contoh sikap yang menunjukkan rasa persatuan dengan benar.


Menceritakan pengalaman bergotong rotong dengan percaya diri.



d.   Daftar Periksa IPS
Kriteria
Sudah Terlihat
Belum Terlihat
Menuliskan perjuangan yang telah dilakukan oleh Raja Purnawarman dengan tepat.


Membuar rangkuman tentang perjuangan beberapa tokoh berdasarkan sejarah dari masa kerajaan Hindu, Buddha dan Islam dengan tepat.




            Mengetahui                                                     Sukamaju, ...... Juli 2015
Kepala Sekolah                                                           Guru Kelas V



..............................                                                    Faizatur Rokhmah
NIP.                                                                          NIP.